Hai…

Hai… Kamu apa kabar deh? Aku pikir kamu sudah baik-baik saja, kenapa? Memang tidak mudah ya kehilangan tempat yang begitu menyenangkan, padahal tempat itu tidak terlalu lama dirasakan.

Yah, apa boleh buat, rindukan saja. Rasakan perasaan itu datang, lalu lepaskan, dan semua akan baik-baik saja.

Dia yang manis serupa senyuman, sudah hilang dari genggaman. Biarkan dia jadi kenangan, yang hidup dalam ingatan.

Mungkin

Mungkin kemarin adalah mimpi. Mimpi tentang kita tertawa, bercanda dan bercerita.

Mungkin memang selama ini tidak pernah terjadi, hanya khayalan tentang mu, dan kita yang yang bercinta di sela-sela perjalanan.

Mungkin selama ini yang terjadi adalah aku, yang terlalu memikirkanmu sampai ku ciptakan sendiri rindu-rindu yang terasa seperti selimut hangat.

Mungkin selama ini, memang tidak pernah ada kamu, yang ada hanya aku, dan anganku…

Mungkin..

Senja Itu

Senja

Sudah lama rasanya aku tidak merasakan senja seperti dulu, senja yang merah merona katamu, hemm lebih tepatnya senja yang dihabiskan bersamamu.

Aku masih suka mengingat itu, rasanya masih menyenangkan, yaa memang terasa sakit, tapi menyenangkan, mungkin semua orang akan bilang aku gila, tapi aku tidak peduli. Ingatan itu menyenangkan kok, dan aku mulai menerima itu sebagai bagian dari hidup. Memang rasanya tidak sama lagi, rasanya… Hampa… Ntahlah..

Aku tahu, mungkin kamu sudah melupakan semuanya, tidak ada lagi kamu yang aku kenal, tidak ada lagi kamu yang tersenyum ketika melihatku, yang ada.. Kamu yang…. Ya kamu… Kamu yang sekarang…

Tapi biarlah, aku tidak peduli, jika ada orang yang mati-matian untuk mencari kebahagiaan dengan cara melupakan kebahagiaan yang terdahulu, itu adalah caranya, sedangkan aku.. Aku nyaman dengan caraku sendiri, cara yang tidak akan pernah bisa dipahami oleh siapapun, cara paling gila yang ada di muka bumi ini.

Kadang aku bertanya pada diriku sendiri, apakah aku masih mencintaimu? Apakah aku masih menginginkanmu seperti dulu? Apakah aku masih seperti yang dulu jika ntah kapan bertemu lagi denganmu? Aku tidak tahu, mungkin aku mengingatmu hanya untuk sekadar agar aku bisa menulis, ya.. Hanya untuk dapat menulis seperti ini, menulis rasanya cukup melegakan, banyak hal yang tidak bisa aku katakan, tapi bisa aku tulis, dan aku akan menulis sesukaku, sampai akhirnya tulisanku berubah sendiri, mengikuti apa yang ada dalam diriku.

Kapan terakhir kali kita menikmati senja bersama? Aku lupa.. Yang aku ingat, kita pernah menikmati senja dalam perjalanan, sambil mendengarkan musik, atau sambil bercerita tentang apa saja, sebetulnya kamu yang memaksaku untuk bercerita, “biar gak ngantuk.” Katamu, dan aku dengan senang hati melakukannya.

Selalu ada rasa nyaman ketika aku bercerita kepadamu, rasa yang sulit tergantikan, ya sulit.. Bukan berarti tidak bisa, tapi sulit.. Itu berbeda.

Ntah bagaimana keadaanmu sekarang, rasanya tidak perlu aku pikirkan lagi, biarlah. Biar kamu dengan hidupmu, dan aku dengan hidupku, hidupku… Yang masih suka menulis tentangmu.. Tentang senja yang kita tinggalkan bersama-sama.. Senja yang mungkin tidak ingin kita temui lagi… Senja yang hilang ditelan gelap malam….

Pagi

Kamu ingat? Kita pernah bertemu sepagi ini? Di kota yang tidak pernah kita tahu sebelumnya, di Kota dimana kita tidak tahu arah. Kita hanya berjalan mengikuti jalan, sambil menanam sebuah cerita, “Untuk kita.” kata mu.

Hari ini, dimana kota tidak lagi asing, arah sudah ku kenal, dan cerita yang kamu tanam, sudah menjadi pohon kenangan, dengan rindu menjadi buahnya. Kadang aku hanya ingin duduk sendirian di bawah sini, di pohon ini, memang tidak ada kamu di sini, mungkin memang tidak akan pernah ada lagi, tapi aku tidak ingin peduli.

Kita tahu, kita akan seperti ini, berjalan di jalur yang berbeda, ntah apapun alasannya, kita akan saling menjauh, saling menghilang, bahkan saling melupakan.

Sampai kapan pohon kenangan ini akan berbuah, Aku tidak tahu. Akan ku biarkan saja sampai pohon ini mati, yang mungkin akan terjadi pada suatu senja yang merah merona. Suatu senja yang selalu kita yakini bahwa kita adalah abadi. Pada saat itu, kata cinta… hanyalah kata cinta.. tanpa makna, tanpa cerira.. dah yah,, kata cinta.. hanyalah lima huruf, tanpa makna.

 

 

 

 

 

 

 

 

Lucu rasanya masih nulis-nulis kayak gini

 

 

 

 

Bicara Tentang Hati

Rasanya sudah lama tidak berbicara tentang hati, hati yang berusaha untuk percaya bahwa takdir akan menyatukan, hati yang menahan rasa sakit karena sebuah keyakinan, hati yang akhirnya harus hancur untuk kesekian kalinya.

Pada akhirnya sebuah hati harus berusaha bangkit, berusaha untuk berdiri, dan mencoba untuk berjalan, berusaha untuk tetap berdiri dijalan yang berduri, mungkin memang saatnya untuk berhenti, lalu mencari dan berharap lagi, hanya karena yakin bahwa hati akan mendapat senyuman.

lucu!!

Lucu, ketika kita tahu kita saling membutuhkan, kita tahu kita sulit dipisahkan, tapi kita hanya berdiri diam, meratapi keadaan yang tidak menyenangkan, sampai kapan? sampai semua ini hancur berantakan?

Jangan Beritahu Niah

Tolong jangan beritahu niah
Bahwa kini tiada lagi cinta
Yang kurasa pada sentuhannya
Pada tiap buaiannya..
Tolong jangan beritahu niah
Bahwa kini hatiku terbawa..
Pada sesesorang di sana..
Pada satu cinta di sana..

Bagaimana lagi yang harus kukatakan
Bila aku tak mampu lagi berbohong untuk mencintainya
Lalu apa lagi yang harus kukatakan
Saat dia berjanji akan mencintai aku
Untuk selama-lamanya
Untuk selama-lamanya
Untuk selama-lamanya

 

Pagi senin…. eh udah siang denk :p lirik lagu yang di atas itu judulnya jangan beritahu niah punyanya sheila on 7, lagu ini muncul pas ngerjain sesuatu, ntah tiba-tiba pengen aja nulis ini.

Lagu ini mengingatkan saya kebeberapa tahun lalu, waktu saya punya perasaan kepada seorang wanita dan menjalin hubungan selama beberapa tahun, lalu datang wanita lain dan perasaan itu pindah dengan begitu saja, heu jahat yah? iyah.. tapi hati sapa yang bisa atur, dan akhirnya memang saya pindah ke lain hati,

Seperti kata SO7 “Tolong jangan beritahu niah // Bahwa kini tiada lagi cinta // Yang kurasa pada sentuhannya // Pada tiap buaiannya..,” Perasaan itu memang sudah tidak ada

hati memang tidak bisa diatur :mrgreen:

 

Jogja Season kedua

ohoiii.,, mari kita lanjutkan cerita kemaren.. ehmm.. sampai mana kemaren? oia sampai saya di Prambanan ya? baiklah.. jadi ke prambanan itu ternyata gampang banget, kita tinggal naik transjogja turun di terminal prambanan tepat didepan komplek candi prambanan, tapi yang saya ga tahu adalah pintu masuk ke candi tuh lumayan jauuuhhh, dengan ransel yang cukup besar dan beban yang ga ringan saya berjalan dari terminal sampai ke dalam candi, jangan ditanya gimana rasanya.. capeeeeekkkk…. apalagi cuaca jogja yang tiba-tiba jadi cerah gitu, padahal pagi waktu saya datang lagi hujan, ohhh… kadang cuaca memang tidak bersahabat 😥

Masuk ke dalam area candi ternyata pke tiket.. ya iyalah.. namanya juga objek wisata, harga tiketnya lumanyan ternyata.. 30 ribu rupiah untuk orang dewasa, tapi klo anda bule tiketnya beda lagi 😀

lalu apa yang saya lakuin disana.. ya sebenernya saya sih cm liat-liat aja.. ga banyak foto-foto juga, saya kan ga narsis ya.. oia dsana tuh banyak bule bersendal jepit swalom, jujur saya aneh liatnya.. saya yakin tu bule-bule banyak duitnya, tapi kenapa pas dy jalan-jalan yang dipilih sendal jepit swallom? apa ga bikin lecet ya? ckckckc kyknya sih selogan mereka.. kemanapun jalan-jalannya.. alas kakinya.. SENDAL JEPIT SWALLOM *angkat kaki tinggi-tinggi*

setelah puas liat-liat tu candi.. oia saya kagum dengan pembuatnya tu candi dibikin dari batu yang bentuk dan ukurannya berbeda-beda, semacam nyusun puzzle gitulah.. jadinya tu batu pada ngunci satu sama lain, sehingga kuat terhadap goncangan… jenius… kok bisa???

sama seperti waktu berangkat sayapun memutuskan untuk berjalan kaki dari pintu keluar ke terminal dengan berjalan kaki walaupun hari sudah siang, matahari sudah berada di titik nadir, saya mah tetep jalan kaki.. dan rasanya… ehhhmm.. nano-nano.. udah mah panas, jalan jauh, beban tas berat…hadeeeuhh…. coba ada doraemon, mungkin saya udah minta baling-baling bambu…..

setelah dari candi prambanan saya memutuskan untuk ke hotel, disini terjadi lagi kesalahan, harusnya saya turun di halte deket kraton, tapi saya berhenti di halte malioboro, karena saya pikir jarak dari malioboro ke hotel ga terlalu jauh, tapi ternyata.. waktu saya tanya tukang beca, ternyata tempatnya tuh.. jauuuhh.. dan ongkos beca pun jadi mahal 😐

dengan susah payah, mengesot dijalanan jogjakarta yang,.. beneran indah, akhirnya saya bisa bersantai dulu dikamar hotel.. gila tu kota panas banget ternyata,, untung ga pingsan kepanasan saya… 🙂

 

baiklah.. segini dulu ah ceritanya.. capek ngetik 😀

365

Berapa hari kita? satu? dua? ahh tidak.. ini hari ke 365, ya 365 hari penuh semejak aku memaksamu menjadi kekasihku, ya aku memaksa untuk masuk kedalam hatimu,

setelah ratusan hari kita lewati, apa yang kita miliki? banyak.. kita punya kenangan, kita menaruh setiap kenangan dimana-mana, disetiap sudut kota ini, disetiap senja yang pasti selalu datang, di setiap lirik musik yang aku simpan ditelepon genggamku. dirintik hujan yang membasahi kita, banyak.. banyak sekali..

hari ini 365 hari kita, dan kita tahu, ada luka yang mengganggu.. ini luka kita, dan kamu tahu, aku ingin menikmatinya, biarlah kita berjalan bersama luka, ntah apa yang terjadi nanti„ aku tak peduli, maaf….

Setiap peringatan, pasti diikuti dengan harap.. yah.. biarlah harapan itu kau simpan sendri, tak perlu kau ceritakan.. mungkin aku terlalu takut untuk mendengarnya„,

selamat 365 hari, cinta… kamu ingat? aku suka kamu, dan aku ingin menikmatimu.. itu saja….